Blog Pribadi

"Kalau hatiku saja masih tertutup, bagaimana bisa aku melupakan Friska dan menerima perempuan lain. Namun, Friska Sepertinya tidak akan bisa dilupakan,"

3 min read

Waktu menunjukkan pukul 18.00 WITA, aku pun tiba di rumah setelah tadi diantar oleh Anjar. Dengan menenteng makanan yang tadi aku beli di kafe, aku pun membuka pintu rumah. Baru saja selesai meletakkan makanan di dapur, ponselku berdering tanda ada panggilan masuk.

Blog Pribadi

Aku pun bergegas mengecek dan ternyata adalah ibuku.


"Assalamualaikum, Bu," ujarku.


"Waalaikumussalam. Kamu apa kabar, Hayr?" tanya ibuku di seberang sana.


Wajar jika ibu menanyakan kabarku, karena memang kami tidak setiap hari berkomunikasi melalui telepon. Bukan karena aku ada masalah dengan ibu, tapi begitulah aku sedari dulu.


"Alhamdulillah, kabar Hayr baik, Bu. Ibu dan yang lain gimana, sehat?" tanyaku.


"Syukurlah kalau begitu, kami di sini juga sehat semua. Gimana pekerjaan kamu?" tanya ibuku.


"Lancar, Bu. Alhamdulillah."


Banyak hal yang kami obrolkan, aku juga menceritakan tentang aku yang sekarang sudah mempunyai blog pribadi. Tentang aku yang menulis banyak hal di sana hingga menghasilkan uang tambahan untukku.


Ibuku bersyukur dan bahagia karena aku hidup dengan baik di sini. Bulan kemarin aku mengirimkan uang untuk ibuku di Kalimantan, itu adalah uang gaji pertama yang aku berikan kepada ibuku. Awalnya ibuku menolak, tetapi aku mencoba meyakinkan bahwa itu adalah bentuk baktiku pada ibu.


Hampir satu jam kami mengobrol lewat telepon, hingga akhirnya panggilan suara itu pun berakhir karena waktu sudah semakin malam dan ibu menyuruhku istirahat.

Karena waktu sudah malam, aku pun mengambil makanan yang tadi aku beli dan menyajikannya di piring. Aku juga membawanya ke kamar karena aku berencana menyantapnya sembari mengecek blog pribadiku.


Aku begitu bersyukur karena blog pribadiku yang semakin banyak pengunjung. Banyak orang yang memberikan komentar positif untuk tulisanku yang aku rasa biasa saja, tapi entah kenapa mereka selalu mengatakan bahwa tulisanku sangat menyentuh hati, bahkan bisa membuat mereka menangis dan tertawa dalam waktu yang bersamaan. Aku pun tidak tahu maksudnya, tetapi yang jelas aku bahagia mendengar itu.


Apalagi waktu murid di sekolahku juga mengetahui, dengan begitu aku bisa menjadi inspirasi untuk mereka agar bisa menulis.


Kini tangan kananku memegang sendok untuk makan dan tangan kiri mengulik blog dan membaca komentar yang ada di sana. Komentar itulah yang jadi semangatku terus menulis.

*

Hari demi hari berganti, tulisan-tulisan tidak jelas itu semakin berdatangan banyak pengunjung, komentar positif pun mendominasi. Meskipun aku lihat ada komentar negatif, tapi aku tidak peduli karena bagiku mereka hanya iri.


Banyak juga yang minta dilanjutkan hingga sudah beberapa hari ini aku membuat beberapa cerita tentang kehidupanku lagi. Blog yang dulu hanya aku buat iseng, sekarang banyak peminat dan tentunya cuannya pun semakin hari semakin berlimpah. Bahkan, uang yang aku dapat di blog lebih banyak dibandingkan gajiku sebagai tenaga administrasi di SMA.


"Friska, tunggu aku di versi terbaikku!"


Atau mungkin tidak usah menunggu. Jika dia bahagia dengan yang lebih dariku mungkin itu akan lebih baik. Atau mungkin ini sudah saatnya aku untuk mencoba membuka hati pada perempuan lain. 


Kalau hatiku saja masih tertutup, bagaimana bisa aku melupakan Friska dan menerima perempuan lain. Namun, Friska Sepertinya tidak akan bisa dilupakan, dia telah memilik tempat spesial di hatiku.


Aku sekarang berada di kamar dan masih memikirkan gadis itu, tetapi semuanya buyar ketika ada suara yang begitu lantang dari arah depan rumah memanggil namaku.


"Zuhayr!" teriaknya lagi dan aku tahu siapa pemilik dari suara itu yang tidak lain adalah Anjar.


"Sebenarnya dia apa nggak bisa kalau nggak gangguin terus." Dengan langkah yang sedikit malas akhirnya aku pun berjalan menuju ke ruang tamu untuk membukakan pintu.


Sebenarnya apalagi yang ingin Anjar bicarakan denganku kali ini. Bukan karena aku tidak ingin dia datang tetapi dia selalu saja datang di waktu yang tidak tepat.


"Waalaikumsalam. Ada apa lagi kok kamu sering banget ke sini?" ucapku agak ketus.


"Kok kamu jadi gitu sih?" protesnya.


"Bukan gitu maksudku, tapi kan tadi pagi kamu baru saja ke sini terus kenapa sekarang ke sini lagi?"


"Sebenarnya gini loh, perempuan yang aku taksir itu ternyata suka banget sama yang namanya puisi dan juga yang sesuatu yang romantis." Kami masih berada di ambang pintu. Aku di dalam dan dia di luar.


"Lah terus hubungannya apa sama aku?" Aku sudah tahu apa arah tujuannya, tetapi aku ingin dia berbicara secara langsung.


"Gini ... gini ...." Dia menyeretku masuk ke dalam rumah dan langsung membawaku duduk di sofa ruang tamu. Padahal ini rumahku, tetapi dia yang mengajakku masuk. Ck!


"Gimana?" balasku mencoba antusias dengan apa yang dia katakan. Tidak dapat dipungkiri karena Anjar dan keluarganya sangat banyak membantuku selama ini.


"Kan dulu kamu udah pernah pacaran sama mantan kamu itu, bagi dikit dong tipsnya kamu ngapain aja biar kalian romantis kalau perlu bikinin aku puisi," pintanya sambil memegangi tanganku.


"Hadeeeh, aku lagi susah payah buat lupain dia, kamu malah minta aku inget-inget dia. Teman macam apa kau ini!" Aku geram. Lantas kutarik tanganku dari ganggamannya. Geli.


"Plis, Zuhayr. Kali ini saja." Dia meminta lagi. Kali ini sedikit memohon.


Kalau saja tidak mengingat kebaikan dia dan keluarganya, aku lebih memilih mengusir makhluk bernama Anjar ini.


"Ya udah, ayo ikut!" Aku bangkit dari sofa kemudian melangkah menuju ke kamar.


"Nah, gitu dong!" Dia pun mengikutiku. Meskipun aku tidak menoleh, derap langkahnya sangat terdengar di telinga.


Aku masuk ke kamar dan duduk di kursi meja kerja. Di depanku ada laptop yang masih menyala karena tadi memang aku sedang membuka blog dan menulis di sana.


"Kamu duduk di situ. Aku selesaikan dulu nulis, sekitar setengah jam. Nanti aku cerita," kataku sembari mulai mengetik.


"Setengah jam sih sebentar," jawabnya.


"Kalau bosen nunggu, kamu bisa baca blog Cerita Zuhayr. Siapa tau kamu dapet ide tanpa aku cerita." 

"Oke!" jawabnya.


Aku rasa baru sebentar aku mengetik di laptop tiba-tiba suara Anjar mengagetkanku. "Zuhayr! Thanks banget! Kamu nggak usah cerita, aku udah dapet ide!"


"Ya udah. Bagus deh." 


"Aku duluan!" teriaknya yang kemudian lari keluar.


Dasar!


Aku pun melanjutkan mengetik. Namun, ketika sedang asyik tiba-tiba ada notifikasi email masuk.

"Siapa yah?"

Posting Komentar